Sabtu, 24 Januari 2009

DILEMA HATI ....




Mengapa harus seperti ini … aku tak pernah ingin hal ini terjadi. Aku pun tak mau selalu memikirkanmu. Hari – hari ku serasa tak lagi milikku, seluruh waktuku yang kutahu hanya mikirin kamu. Bagaimana dengan sekolah ku ? tugas – tugas harian dari para guru ? aku harus bisa membagi waktu dan pikiranku. Tapi mengapa aku tak bisa mengeluarkanmu dari otakku …… Shiffa melempar jilbab nya ke atas kasur, siang itu dia begitu resah, kuyu dan gelisah …. Dengan lesu dia duduk dipinggir ranjangnya. Seragam sekolahnya terlihat begitu menyedihkan. Baju putih itu penuh dengan peluh, rok panjangnya serasa membelitnya,membuat dia tidak bebas bergerak. Tatapan matanya nanar menatap cermin di depannya. Seulas senyum dia coba hadirkan, namun yang terlihat terasa begitu hambar…. Ach…. Hatinya dipenuhi kebimbangan. Selayaknya gadis yang sedang jatuh cinta, hatinya dipenuhi bunga, senyum mengembang di setiap langkahnya, namun Shiffa dia adalah gadis bisaa, sederhana dan istimewa. Hari – hari terakhir ini, dia merasakan hatinya dipenuhi getaran yang tidak bisaanya. Ada rasa yang mengelitik, mengusik, menganggu dan membelit hatinya, membuat gadis manis itu terlihat begitu kuyu. Senyum yang setiap hari dia sunggingkan disudut bibirnya, kini tiada lagi. Tawa dan candanya setiap pagi,dia hadirkan kini tiada lagi terdengar. Yang terlihat hanyalah senyum yang giris, tatap mata yang sayu. Bunda tertegun menatap putrid bungsunya, ada rasa khawatir yang menganggunya.
‘Shiffa, boleh bunda nanya ?’Shiffa tersenyum, menatap bunda, tersenyum dan mengangguk.
’Ada apa bund, bunda boleh nanya dech ?’
‘Akhir – akhir ini bunda lihat, kamu agak sedikit resah, bigung dan gelisah. Bunda heran seperti nggak bisaanya dech kamu itu. Ehmm, mau curhat ?’ Bunda mendekati Shiffa, duduk disamping putrinya, memeluk gadis itu dengan sayang.
‘Bunda tahu pasti ada sesuatu yang menganggu hatimu. Masalah cowok ? atau saat ini kamu masih belum mau curhat sama bunda ?’ Shiffa terdiam, selama ini dia paling tidak bisa berbohong. Apalagi dengan Bunda, Shiffa tersenyum, diciumnya pipi Bunda dengan sayang.
‘Bunda, maafin Shiffa ya ? untuk sekarang Shiffa belum bisa curhat. Biar Shiffa cari tahu dulu penyebabnya. Jujur dech Bund, Shiffa juga nggak tahu…. Bener dech. Tapi Bunda jangan khawatir kalau Shiffa mau curhat, Bunda orang pertama yang akan Shiffa cari.’ Shiffa tersenyum, dipeluknya Bunda sekali lagi sebelum dia berlalu pergi ke kamarnya.
Dilemma, Shiffa tahu ……….namun dia nggak mau tahu. Perasaan itu semakin kuat mencengkeram hatinya. Membuat hatinya berdebar debar setiap saat. Namun … dia tetap Shiffa yang tak pernah ingin mengenal cinta. Cinta yang dia rasa hanya untuk mereka sanak saudaranya. Dia tidak pernah mau mengenal cinta lawan jenis. Selama ini, dia ajarkan hanya memiliki cinta untuk Allah, setiap geratan di hatinya hanya saat menyebut nama Allah. Debar kerinduan di relung sanubarinya hanya untuk Allah. Dan tangisannya hanya untuk Allah, ketika dia bersujud, ketika dia merasa tak memiliki satupun daya dan kekuatan selain daya dan kekuatan dari Nya sang Pencipta Alam Semesta. Yang ada hanya Cinta Allah…..
Duch …. Ya rabb ku ….
Jauhkan aku dari segala impian semu
Tuntun aku dalam jalan Mu
Bawa aku hanya dalam dekap hangat Mu
Kasih Mu…
Cinta Mu…
Karena, hati dan jiwa ku hanya bergetar kala menyebut nama MU
Tangis ku pecah dan berderai membasahi sajaddah ku
Kala ku ingat, aku hanyalah secuil dari keagunganmu.
Kini …
Jangan biarkan aku lalai dalam melangkah
Jangan biarkan aku tergoda,getaran setan yang menggoda
Jangan lepaskan aku dari jerat cinta MU
Jangan Tinggalkan aku dalam kehampaan yang maha sempurna
Aku … Shiffa ....mengharap uluran tanganmu.

‘Iva, kamu nggak ikut datang ke acaranya Faza. Kamu dapat undangan lhoo. Sekali – kali keluar dong, masa’ ngumpet aja sich dirumah ?’
‘Maaf La, aku agak nggak enak badan nich…lain kali aja dech’ Shiffa melangkah, siang itu saat bubaran sekolah. Panas terasa semakin terik, peluh terasa tiada habisnya menetes membasahi pipi.Shiffa mengambil tissue, diusapnya peluh yang membasahi kening dan tenguknya.
Faza ….. Shiffa terdiam, dia seperti menahan beban berat dihatinya. Cowok yang menarik, penuh simpati dan Shiffa sadar,dia lain dari pada yang lain. Ada getaran aneh yang hinggap di hatinya. Tanpa sadar dia tersenyum, matanya menerawang menatap angkasa. Shiffa jatuh cinta.
Jatuh cinta ??? aneh …. Kata itu begitu saja meluncur dibibir Shiffa. Aku mungkin akan ditakdirkan mencintai satu orang saja diantara kaum adam. Yang akan membawaku ke dalam cinta Nya. Dan aku hanya ingin semua itu tidak jauh dari ajaranNya. Aku ingin mencintainya dalam Cinta Nya, aku ingin mengasihinya dalam kasih Nya. Apakah ini hanya akan menjadi impian ?? ataukah aku memang hanya seorang gadis pemimpi ? Taaruf …??? Ehmm…hanya bunda yang bisa menjawabnya.
‘Shalihah ….
Mungkin memang getar yang hadir dalam hatiku untuk dia adalah cinta
Mungkin rasa perih yang mengiris nuraniku karena dia adalah kasih
Mungkin rasa pilu yang menderu karena dia adalah sayang
Mungkin rasa yang menggadu di jantungku ini adalah kerinduanku
Untuknya…
Shalihah….
Tak mungkin kuteruskan langkah…
Untuk menggapainya…
Merangkai mimpi dengannya
Merenda asa bersamanya
Esok …
Kuharap memang takdirku bersamanya
Celah jemariku dalam gengamannya
Langkahku disampingnya…
Kini …
Kan kubiarkan dia lepas… bebas di dunianya
Aku ….
Kan simpan rajutan impian ini dalam duniaku
Jika langkah kami bertemu…
Harapku…
Itu karena cinta Nya kepadaku.

‘Shiffa…. Ada teman mu tuh. Ayo sayang temuin dulu sana gih!’ Ku tutup diaryku. ‘Bund, kasih tahu Iffa, dalam islam pacaran itu tidak ada. Namun ta’aruf …’
‘’Ta’aruf Bund ?’ Bunda hanya tersenyum, di belainya rambut Shiffa.
‘‘Nanti bunda kasih tahu Shiffa. Sekarang kamu temui teman kamu’ Shiffa tersenyum lega…. Ada rasa ringan dihatinya, entahlah …. Dia seperti gadis kecil yang akan mendapatkan sesuatu yang sangat dia inginkan.
‘Assalamu’allikum ….’
‘Waallaikum salamm…’ sahut Shiffa pelan. Sore itu dia agak terkejut ketika melihat Faza datang kerumah. Tidak seperti biasanya …
‘Duduk Faz, ehmm tumben nich ! ada apa ?’ Faza, ha…ha..ha, Shiffa … Shiffa wajahmu merah tersipu malu. Simpul senyummu merona ayu …. Tak adakah yang bisa melihat ? gadis kecil itu mulai merekah layaknya bunga mawar. Warna merahnya ranum mengoda jiwa. Jatuh cinta memang indah….. namun gadis kecil itu … dalam dilemma antara 2 cinta yang berbeda.
‘Shiffa … aku, hemm ….. ‘ diam, kedua hati itu terdiam. Saling berkata hanya lewat mata. Saling tertunduk kala menyadari ada sesuatu diantara mereka. Langit senja semakin memudar, warna berganti awanpun berarak pergi. Ada jeda yang terasa begitu panjang, ada rasa yang mengantung diatas mereka, menari – nari seakan berakata ‘Hai anak manusia, saling cintalah diantara kamu, hidup hanya singkat didunia. Maka bersenang – senanglah… nikmati hidupmu !’
‘Shiffa, aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa selama ini aku sayang kamu’ Shiffa tertunduk, tak ada senyum,tak ada jerit bahagia. Yang hadir dihatinya adalah rasa perih. Cinta ada disana,menyatukan dua hati, namun cinta juga yang memisahkan dua jiwa. Harusnya, ada bahagia di binar matamu kala cintamu tidak bertepuk sebelah tangan, namun mengapa hatimu bagai terlukai ?
‘Faza, maafkan aku… saat ini Shiffa belum bisa menjawab. Beri aku waktu untuk berfikir.’ Shiffa terdiam, dia hanya berharap esok dia bisa menemukan jawaban itu. Tidak hanya untuk Faza tapi juga untuk hatinya. Untuk perjalanan cintanya dan untuk ketenangan hatinya.
‘Sayang, istilah pacaran dalam Islam memang tidak ada. Kamu lupa dengan buku yang bunda belikan untukmu ‘pacaran setelah pernikahan’.coba kamu baca lagi, disitu dibahas semua mengenai ta’aruf dan pernikahan. Bukankah memang lebih indah jika kita pacaran dengan seseorang yang sudah halal bagimu untuknya. Saat ini anak – anak muda sekarang cenderung suka hura-hura. Mengatakan cinta tanpa tahu makna dan artinya. Beda antara cinta dan nafsu itu sangat tipis, kadang kita merasakan itu cinta, namun yang sebenarnya hanyalah luapan kekaguman semata.’
‘Ta’aruf itu apa bund ?’ bunda tersenyum, lembut dan menentramkan hati.
‘Putri tercinta bunda ini memang malas ya kalau diminta baca dan cari sendiri.’ Shiffa tertawa, begitu lepas seakan beban yang mengayuti hatinya sirna dan menghilang.
‘Ta’aruf itu adalah bertemunya seorang laki – laki dan wanita dengan di dampingi sanak saudara dengan tujuan si laki – laki ingin melihat calon pendamping hidupnya. Bukankah seorang laki – laki berhak melihat calon pengantinnya ? bagaimana wajah dan kesempurnaan tubuh si wanita. Apakah dia memiliki cacat ? ataukah dia memiliki kekurangan lain. Jika si laki – laki cocok dengan wanita itu, maka setelah ta’aruf akan berlanjut acara pinangan. Dan jika tidak … maka bisa dibatalkan. Sekarang Shiffa sudah paham ?’
‘Ada apa nich ??? bunda jadi curiga lhoo…’
‘Akhir – akhir ini, Shiffa bingung Bund, dengan perasaan Shiffa sendiri. Tapi sekarang Shiffa sudah paham dan mengerti. Makasih ya Bund, engkau memang Bunda yang terbaik dan tercantik yang Shiffa miliki. Shiffa saying banget ama Bunda’ Mereka berpelukan, dan esok Shiffa tahu apa yang harus dikatakan pada Faza. Ehmm indahnya cinta ……………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar