Rabu, 26 Agustus 2009

Jangan pernah putus asa ...

Allah SWT berfirman,
"Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir." (Yusuf: 87)


Terkadang aku berfikir "mampukah aku menjalani dan melewati setiap cobaan ini ?" Ketika raga tak lagi kuasa dalam deraan ketidak mampuan. Ketika rasa tiada lagi sanggup menahan setiap kepiluan dan ketika otak dan fikiran tak lagi menyanggupi tuk mencari penyelesaian. Dimana dapat ditemui sebuah jalan yang lapang. Dan yang mampu dilakukan hanyalah ... menangis dalam ketidak berdayaan. Bibir berbisik "aku tak mampu lagi, ya Allah ... selalu kucoba yakinkan bahwa Engkau tak akan memberi ujian yang melebihi kekuatan dan kemampuan ku. Tapi lihatlah ... tak ada yang bisa menolongku selain Engkau, tak ada ..." Tangis ini siapa yang memahami, luka dan ketidak berdayaan ini siapa yang bisa mengerti. Saat yang terlihat dimana mata memandang adalah kesenangan mereka belaka.

Yach ... berputusa asa memang dilarang dalam Islam. Namun siapa yang bisa menjauhinya ketika dirasa beban hidup begitu menumpuk. Setiap satu masalah terselesaikan muncullah masalah yang lain. Ketika satu hal telah terpenuhi maka muncullah lagi hal yang lain dan terkadang hal itu atau masalah itu jauh lebih besar dan sulit dari sebelumnya. Bagaimana kita bisa menjaga diri dari sikap dan perbuatan berputus asa itu ?. Dalam keputus asaan seseorang bisa melakukan hal yang teramat bodoh, karena disaat itu mereka tak lagi bisa memikirkan hal lain selain masalah yang membuat mereka serasa tak mampu hidup lagi. Mereka tak lagi bisa berfikir jernih, mereka hanya menuruti bisikan setan yang mereka rasa adalah hal yang benar. Hingga terkadang muncullah satu ide diotak mereka untuk mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri. Ataupun banyak juga orang yang tak mampu menahan beban hidup itu hingga menjadi stres dan gila.

Ada satu hadist yang di riwayatkan dari 'Abdullah bin 'Abbas r.a., bahwa ada seorang lelaki yang berkata: "Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?" Rasulullah saw. menjawab (artinya), 'Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah'." (Hasan, HR Al-Bazzar [106/lihat Kasyful Atsaar], Thabrani dalam Al-Kabiir [8783, 8784 dan 8785], dan 'Abdurrazaq [19701]). Salah satu sifat Allah adalah Rahmah (kasih sayang) berdasarkan ketetapan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pengaruh sifat ini dapat terlihat jelas di alam semesta, khususnya pada makhluk hidup. Nikmat dan karunia-Nya merupakan bukti keberadaan rahmat Allah yang Mahasempurna dan Mahaluas. Rahmat Allah meliputi segala sesuatu dan menaungi semua makhluk. Tidak ada satu pun di alam semesta ini kecuali mendapat siraman rahmat Allah SWT.

Allah 'Azza wa jalla berfirman tentang para Malaikat pengangkat 'Arsy dan Malaikat-malaikat yang berada di sekelilingnya, "Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan Neraka yang menyala-menyala." (Al-Mukmin: 7).

Allah SWT berfirman, "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (Al-A'raaf: 156).

Dalam hadits Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda, "Sekiranya hamba Mukmin tahu siksa yang Allah siapkan di sisi-Nya, tentu tidak ada seorang pun yang berharap (optimis) bisa masuk Surga. Sekiranya orang kafir tahu rahmat yang Allah siapkan di sisi-Nya, tentu tidak seorang pun yang berputus asa (pesimis) masuk Surga-Nya."

Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah SWT merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul 'Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.