Senin, 27 September 2010

Sekali lagi

Sekali lagi, aku berkutat dengan emosi

Meredam buih buih amarah yang menjamahku bagai pengikutnya

Merasuk dan menggerayangiku bagai nafsu yang melingkar selaksa pusaran

Rentanku kala seraut wajahmu menghantuiku

Menjadi bayangan yg senantiasa membuntutiku

Meruntuhkan ego dan menghabiskan amunisiku untuk menghabisimu

Selalu ... aku luruh dalam kerinduan yang menggebu

Menyerah pada rasa yang tak jua mengikuti logika

Menyerah pada cinta yang memasungku tanpa kendali

Menyerah ...

Menyerahkan seluruh hati yang tak jua ku ikhlaskan

Untukmu ... dulu, kini ataupun nanti


Sekali lagi ...

Harus ter rela kan bulir2 air mata ini menetes membelah jiwa dan rasa

Meremukkan seluruh syaraf angan dan mimpi

Membuat kaki asaku pincang dan rapuh

Dan maaf ... terpaksa aku merutuki mu

Tak rela bila hati harus merintih menyebut namamu

Walau kusadari bibirku berkhianat dan memanggilmu bagai ajimat



Senin, 20 September 2010

Hujan ...

Hujan ...
Rintikmu dipenuhi damai
Hadirmu membawa kesejukan dihati
Dan kepergianmu selalu hadirkan pelangi
Rela kau hadir disela hari
Menjadi tangisan tanpa suara menjadi dambaan tak tersua
Biarkan berlalu pergi, bila jalan tak mungkin tertempuhi kembali ...


Mendekatlah……
Bila malam ini mimpi tlah mengukiri sgenap dinding hati
Usah menanti keraguan kelak kan terjelang di dini nanti
Mengertilah……...
Tatkala rasa mengekalkan hasratnya hanya pada seberkas asa
Roda waktu dunia takkan lagi sanggup memutari dimensi nyata
Akuilah……
Keberadaan desiran makna yang terus memekat di tiap tetes darah
Pengingkaran pada satu kata cinta akan membadaikan sejuta damba
Resapilah…..
Bila gamang sudah tak bergelayut lagi di penjuru kasih sayang
Dalam kegulitaan pengharapan inilah cahaya hakiki kusimpankan (Galih)


Ketika gelisah mendera, kepiluan serasa sealiran darah
Menuju titik nadi yang kian membuncah
Resah bergayut tanpa sebab melingkari nurani tanpa bisa terbendung lagi ...
Ada ingin ku sampaikan pada angin
Pintaku serasa menghiasi tiap kisi langit...

Rasakanlah ...
Ku titipkan baitan asa pada gemintang surga
Sumbang terdengar kidung cinta
Mendayu ...
Merindu ...
Bagai usapan buluh perindu

Biar usang tersimpan jua
Tak kan usai dimakan perayap cinta
Terjaga hingga berakhirnya masa
Karena cinta tak harus jadi miliknya
(Iffa)


Dan bila pedih kenang lama tlah tak melingkupi diri
Takkan lagi luka bathin ini kan kubawa mati
Biarlah terkubur sudah kisah lama yang duka
Hanya pada satu asa kini kutulis bait-bait rindu
Tatkala lorong hatiku bersenandungkan lirih asmara
Mengalun pelahan mentasbihkan berjuta damba
Dan bila getarnya terasa menyentuh relung jiwamu
Akankah bersambut indah segala jalinan telisik rasa (Galih)

Antara Hati ...

Lirih angin menyapa dedaunan
Gemerisik daun saling berpagutan
Berbisik tentang rasa yang kutitipkan
Untukmu ...
Menjelajahi waktu tanpamu
Mengarungi mimpi tanpa sebentuk wajahmu
Kini ... akankah diujung jalan itu kan kutemui cintamu
Ataukah hanya impian saling bertautan tanpa arah dan tujuan
(28 April 2010)


Tebing hatiku rengkah di terpa badai gelisah
Bertafakur diri menanti di dermaga sunyi
Pada angin pantai kuhembuskan bisik rindu
Datanglah....
Tak kuasa aku menunggu......
Kian bergulung ombak resah senandungkan namamu
Jangan sampai mengapung hampa biduk cinta
Aku ingin arungi lautan nasib bersamamu
Berlayar kita berdua menggapai pulau impian (Galih)


Terukir tepiaan pantai tersapu ombak, Deru yg menghempas di bebatuaan karang, sekeras pecahan yg kian menerpa...!
Terasa asing di luasnya mata memandang, bagai tak bertepi tanpa ujung...!
Berlayar di atas lauttan mencari tambatan rindu ditepiaan dermaga...!(Angans)


Senja hadir dibatas cakrawala
Kilau jingga menebar getar pesona
Teriringi debur ombak menghantam karang
Terburai riak kecil menantang samudera
Kembali kepantai menabur buih dan meninggalkan jejak semata ......

Mengimpaskan sgala ikrar yg pernah terjalin di hati
Andai ada jalan tuk kembali ...
Kan tertempuhi segala jeda dan beda yang menghalangi
Demi satu penantian hati yang tak kan hanya berujung sepi ... (Iffa)


Menggapai lirih dua kelopak hati menanti
Menyimpan rindu manis di penjuru kalbu
Usahlah menunggu lagi pagi nan sepi
Biarlah geletar rasa berpadu saling menyatu
Tunggulah dik di sejenak jeda aku berharap
Akan kupahat dulu janji ini di kokoh batu karang
Agar jiwa menyatu...
Agar hati tak ingkar...
Agar rasa kan abadi...

Dan jangan lepaskan genggamanmu di jiwaku
Kita kan berangkat seiring langit senja menggelap
Menyongsong malam
Berdua......... (Galih)

Angin ...

Angin ... apa kabar mu di sana? Aku sedang tidak begitu baik

Aku sudah berjanji untuk menjadi kuat dan tegar dalam keadaan apapun

Tapi malam ini aku benar benar ingin berbicara padamu

Entah kenapa malam ini aku ingin menangis ...

Kamu adalah lelaki yang tidak akan membiarkan aku menangis,

Tapi justru kamulah yang pernah menguras habis air mataku, ironis bukan?

Bisakah kamu datang malam ini?

Dan izinkan aku meringkuk di dalam sayapmu.

Sebentar saja, malam ini saja, atau detik ini saja ...

Ada saat di mana aku merasa begitu kuat

Dan malam ini aku merasa begitu rapuh ...

Aku hanya ingin menangis ...

Itu saja ...


by "Ne"