Senin, 04 Mei 2009

Please .... say you love me !





“Apa kau mencintaiku ?” Tanya Djiwa, Aku menggeleng pelan. Jika memang perasaan yang bercokol dihatiku ini bisa dibilang bukan cinta. Maka memang tak ada cinta. Hanya saja, ada keraguan yang mendera hatiku dan membuatku terombang ambing seperti ombak dilautan.

“Kenapa ? selama ini yang kulihat diwajahmu adalah binar cinta. Tatap matamu selalu menyiratkan kerinduan, dan binar indah itu selalu ada kala kusebut namamu ?”

“Jangan tanya, karena aku tak tahu. Dan semua yang kau lihat mungkin itu hanyalah halusinasi yang menyesatkanmu” Kataku tanpa rasa. Yach …. tanpa rasa, kala ku dihadapkan pada pilihan kehilanganmu atau tetap bersamamu. Dan egoku berkata, aku ingin selalu bersamamu. Walau itu melukaiku, walau itu sama saja dengan membuat aku mati rasa. Jadi maafkan bila sekali ini saja aku berbohong padamu.

“Ra …. kau selalu penuh kejujuran, dan aku tahu bedanya antara kau jujur dan berbohong. Hati siapa yang bisa kau tipu ? kau tak bisa menipuku karena aku melihatnya dengan hatiku. Sekali lagi apakah kau mencintaiku ?” Geram …. kau selalu saja tak mau tahu. Tak pernah mau mengerti bahwa setiap pertanyaanmu itu menyakitiku, melukaiku seperti cambuk di atas lukaku. Apakah kau ingin luka ini semakin parah dan membunuhku. Ku tatap dia, ku kirim beribu amarah disana. Namun …. tetap saja mata ini tak mau berpihak padaku. Tetap saja, diantara api amarah palsu yang kuhadirkan disana, ada getar cinta yang ikut hadir diantaranya.

“Apa hak mu memaksaku berkata iya ?” Bentakku, tak rela dia mengintimidasi diriku. Cinta ini miliku, hati ini punyaku dan bukankah tetap hak ku untuk menjaganya dari setiap niat orang - orang yang ingin menyakitinya. Jika bersembunyi dari realita itu termasuk didalamnya, jika dengan mengingkarinya termasuk melindunginya. Hatiku mungkin tak kan seputih cinta yang ku simpan disana.

“Please …. say you love me !”

“Jangan pinta, karena aku tak bisa memberi. Ada banyak hal yang menghalangi kita, ada banyak perbedaan yang menjadi jurang, dan ada banyak hal yang memisahkan. Aku tak mau menyakitimu untuk kini, esok dan nanti. Jadi biarkan rasa ini hanya aku yang tahu dan biarkan, apapun yang kusimpan dihati ini selamanya aku simpan saja.”

“Egois …. mengapa harus kau ingkari ? katakan saja isi hatimu. Aku kan menerimanya menjadi satu kenangan jika itu pintamu” Djiwa masih saja mendesakku, tetap saja tak mau tahu. Hatiku telah menangis pilu, aku telah hancur namun tetap saja kau ingin menambah luka hatiku.

“Rasya …. aku hanya ingin membantumu, mengeluarkan segala kepenatan yang melandamu. Membuatnya bebas seperti awan diatas sana, seperti udara yang bisa dihirup semua orang dan memberi kehidupan. Biarkan …. hatimu bebas melayang …. biarkan impianmu terbentang menghias setiap cakrawala. Dan biarkan aku ada disana menjaganya selamanya.”

“Tidak …. !!! kau hanya ingin mengalahkanku, kau hanya ingin menertawakanku, dan kau hanya ingin memuaskan egomu. Aku tak memiliki ego apapun …. aku tak lagi miliki hal apapun. Walau itu hanya impian. Kau hanya ingin mempermalukanku …. jadi please …. tak ada cinta di hatiku. Tak ada apapun disana, Tak ada cinta untukmu Djiwa ….. !” Aku menangis, menatapmu dan menghiba …. lihatlah betapa banyak yang telah kau ambil dariku, lihatlah betapa kau berkuasa atas aku. Hingga airmata inipun rela menangisimu, rela bersimpuh mengharap kau mengerti dan meninggalkanku.

“Ra, aku mencintaimu. Namun cinta ini tak bisa kuserahkan padamu. Aku menyayangimu, namun rasa sayang ini tak bisa merengkuhmu. Aku ingin menjadikanmu milikku, namun pelukanku tak mungkin bisa melindungimu, menjagamu dan membawamu padaku. Ra … apakah kau mencintaiku ?”

“Pergi …. jangan lukai aku lagi. Jangan katakan kau tak mencintaiku, jangan katakan dengan semua kata2 yang semanis madu. Pergilah …. pergi !!! aku tak mau, aku tak perduli. Karena aku tak mencintaimu, aku tidak pernah mencintaimu ….. so jangan pernah bermimpi Djiwa.” Aku marah, aku ingin berontak. Ingin saat itu juga, aku hancur berkeping dihadapanmu dan menghilang tanpa bekas dari tatapanmu. Mungkin yang kan kulihat adalah senyum terindahmu karena telah lepas dariku. Berlalu …. kau harus berlalu dari hadapanku. Jangan naungi aku dengan harapan semu, please …. sakiti aku agar aku mampu melangkah pergi darimu tanpa ada ingin berpaling dan melihatmu. Bunuh semua rasa rindu yang kerap menguasaiku, bunuh semua rasa yang pernah ada, yang tanpa kuminta tlah hadir disana. Hilang dan musnahkan, seperti dulu kala kau tak hadir dalam hidupku.

Luruh dan jatuh, tak berdaya dan terluka …. kupejamkan mata, namun kau masih disana. Membuat aku tak berdaya dan mengucap satu kata “I love you, please …… don’t listen when I say I don’t love you !”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar