Senin, 17 September 2018

나는 네가 그리울거야

안녕하세요...

Hidup  terus berlanjut bukan ? entah seperti apapun hidupmu. Entah seperti apapun rasamu. Banyak ketidakadilan yang kau rasa kau terima, banyak ketidakpahaman yang dilakukan orang-orang disekitarmu demi mendapatkan keuntungan dari kelemahanmu. Kau yang mudah terluka sering terhanyut dengan realita. Kau yang selalu mengabaikan kesempatan saat ini meraung berharap kesempatan menghampirimu. Kau … sosok yang tak mampu menjalani proses demi pencapaian impianmu.
Non, proses itu akan terasa panjang bagaimanapun singkatnya, akan terasa menyakitkan bagaimanapun menyenangkannya, terasa lebih sulit bagaimanapun mudahnya. Karena proses adalah penggemblengan jati diri, bagaimanapun singkatnya akan terasa panjang dan melelahkan.
Dunia tidak berubah suram bagi orang lain, tidak akan berubah kelam bagai orang lain. Dunia berubah hanya bagimu, kau tahu kenapa?? Karena cara berpikirmu berubah, sudut pandangmu tentang dunia sudah bergeser. Kau memandangnya dari sudut hatimu yang terluka, dari sudut egomu yang tersakiti, dari ketidakmampuanmu yang dihakimi. Maka dunia seakan-akan menjauh darimu, dunia seakan ikut menyakitimu. Dan kau berubah menyalahkan dunia.
Melelahkan bukan ??
Berperang melawan dunia, berperang melawan penguasa. Namun lebih melelahkan berperang melawan diri sendiri, melawan ego diri. Dan tanpa pemahaman, perlahan namun pasti kau semakin terpuruk, hancur dan berubah menjadi kepingan tak berarti.
Berhenti !!
Jangan kau sakiti diri sendiri, semakin jauh kau salah arah akan semakin dalam luka yang kau rasa. Ada banyak pihak yang akan tertawa ketika kau hancur, ada banyak pihak yang mencibir ketidakmampuanmu, ada banyak pihak yang menang tanpa melawanmu, karena tanpa menghancurkanmu kau telah hancur dengan sendirinya.

#aku merindukanmu, seperti dulu ketika kau hadir dalam setiap detak jantungku

Cerita yang tak pernah Usai ...

Pasangan hidup itu bukan sekedar seseorang
Tapi dia akan menjadi tujuan hidup
Karena seluruh duniaku akan terfokus disana
Dia bukan orang sembarangan
Dia adalah orang pilihan
Pilihan hati ....

Karena hidup ini terlalu singkat
Sayang,
kalau dijalani dengan orang yang tidak tepat

Lebih baik menunggu,
Daripada ......
Meraih sesuatu karena hasrat sesaat
Impianku adalah mendapatkannya, hanya saja saat ini rasanya sosok itu masih jauh dari jangkauanku. Bahkan dari bayang - bayangku .... Bagimana aku melukiskan sesuatu, jika seperti apa engkau, akupun tak tahu. Andai engkau memang begitu dekat, pasti aku kan merasakan satu denyut jantung di hatiku. Denyut dan getar yang kadang mengirimkan pesan, engkau ada disana sedang menantiku jua. My dreams .... come true ? harus, itu sudah harga mati buatku, jika aku ingin bahagia selamanya. Namun, apakah hidup itu semudah kita membalikan telapak tangan, semudah menunjuk sesuatu, dan dia akan menjadi miliku. Rasanya, tidak. Aku mungkin harus melewati semua halangan dan rintangan, aku mungkin harus merasakan semua rasa sakit, pedih, luka, kecewa hingga aku bisa menemukannya dan memilikinya. Dan apakah aku akan sampai pada tujuan hidupku ?. Tidak, jalan masih begitu panjang, dan saat ini yang terlihat hanyalah kegelapan. Aku tak mampu menembusnya untuk melihat ada apa dibalik kegelapan itu.

Aku dipaksa pulang ke rumah, meninggalkan setumpuk tugas di mejaku, tugas yang harus aku selesaikan, jika aku benar - benar ingin segera menyelesaikan kuliahku. Apa daya ........... dan saat ini aku ada dirumah, rumah yang dulu kurasakan penuh kasih sayang, sekarang berubah menjadi ajang perang mulut dan adu argumentasi. Rasanya, aku begitu lelah. Lelah dengan semua keinginan mereka yang seakan tak pernah mau tahu dengan keinginanku, harapan dan impianku. Yang kuinginkan bukanlah pangeran, namun satu sosok yang bisa membuat aku bergetar walau hanya di pandangnya.

"Ra .... " Ku palingkan wajahku, menatap satu sosok yang berdiri didepanku, tersenyum. Aku menatapnya, seakan disana kuingin temukan satu kesejukan dari bening tatap matanya. Mamaku .....

"Ra, kamu harus mengerti. Bahwa semua ini demi kebaikanmu, bukankah semua harus dilihat dari bibit, bobot dan bebet. Kami mengingankan yang terbaik buatmu."

"Please .... ma, Fara hanya ingin menjalani hidup yang Fara pilih sendiri. Dan bukankah jodoh itu ada ditangan Nya ?" Ku kemasi pakaianku, dengan sedikit tergesa aku meraih tas ransel didepanku. Rasanya aku tak akan membutuhkan banyak pakaian disana. Entahlah, saat ini aku hanya ingin pergi, mencari sesuatu yang kuharapkan aku mengerti.

"Kamu mau kemana ?? Fara .......... dengerin mama !!! Papamu tak akan suka dengan keputusan yang kau ambil."
"Fara hanya butuh waktu, butuh tempat untuk memikirkan semua yang papa dan mama sodorkan. Fara sudah besar ma, sudah bisa menentukan jalan hidup Fara sendiri termasuk dengan siapa kelak Fara menikah, menjalani hidup ini entah senang ataupun sedih." Ku raih tas ranselku, melangkah mendekati mama dan kupeluk sesaat, sedetik saja aku ingin merasakan pelukan hangatnya, seakan itu bisa menemaniku melewati hari - hari esok entah dimana tempatku berpijak. Kulangkahkan kakiku, kutatap setiap ruangan yang kulewati. Disini aku dibesarkan, dinaungi dan dilimpahi begitu banyak kasih sayang. Ada banyak kenangan yang tak mungkin aku lupakan. Aku tetaplah Putri Fara, kesayangan mama dan papaku.
"Ra ....." Aku mendengar suara berat, yang sangat aku kenal, papaku ....
"Kamu dengerin apa yang papa katakan, sekali dan itu hanya berlaku sekali. Terima perjodohan ini, atau ....." Ada jeda panjang yang tak kumengerti, aku diam mendengar ultimatum terakhir dari papaku.

"Atau .... kamu lepaskan semua fasilitas yang papa berikan padamu. Lanjutkan hidupmu, cari apa yang kau anggap baik tapi ... kami tak akan pernah peduli dengan mu lagi !" Nada suara itu, seakan tanpa emosi, tak ada kemarahan namun, aku begitu mengenalinya, memahaminya, bahwa kata - katanya seperti sabda sang raja yang tak akan ada yang berani membantahnya. Dan aku harus memilih, pilihanku tetaplah hidupku ....

"Maaf pa, Fara tetap pergi. Andai papa tahu, Fara sanggup menanggung derita apapun dalam hidup ini, kalau hidup itu pilihan Fara. Dan, Fara hanya butuh waktu untuk berfikir sejenak tentang semua hal yang papa dan Fara inginkan." Aku tak membutuhkan apapun, jadi aku serahkan kembali semua fasilitas yang pernah diberikan padaku. Kunci mobil, kartu kredit dan Atm aku serahkan kepada mamaku. Mungkin, satu - satunya harta yang kumiliki hanyalah hatiku. Aku melangkah melewati pintu utama, kutatap sekali lagi, seakan ingin kupatri dalam hati kenangan itu kan selamanya ada bersamaku.


Senja mulai bergulir, beranjak pergi meninggalkan terangnya siang. Matahari tenggelam diufuk barat. Entahlah .... mengapa aku memilih waktu yang kurasa sangat tidak tepat. Perjalananku masih panjang, dan malam akan segera menyelimuti hari. Aku tertunduk dihalte bus, suasana hiruk pikuk kota tak mampu meredam perutku yang terasa perih minta diisi. Ku buka tas ranselku, teringat Bi Nah tadi menyerahkan satu bungkusan padaku. Aku tersenyum lega, ketika ku buka bungkusan itu ku lihat kue kesukaanku "brownies". Bi Nah .... dia pembantu di rumahku, sudah bertahun - tahun ikut dengan keluargaku. Dia yang mengasuhku, dari aku memakai popok sampai aku bisa memakai jeans sendiri. Dia sayang padaku, tiap kali aku merasa sedih karena bertengkar dengan papaku, dia yang akan datang dan menghiburku. Memberiku keyakinan bahwa esok pasti akan seindah pelangi. Kulihat ada setitik air mata yang dia sembunyikan kala menatap kepergianku, aku memeluknya erat sambil berbisik ...

"Bi, Fara akan baik - baik saja. Janji, Fara pasti akan kembali ke rumah ini, menemani bibi membuat bibi repot dengan segala permintaan Fara. Yang pasti, Fara sayang sama bibi. Jadi jaga diri bibi baik-baik sampai Fara pulang" Kusambut pelukan hangatnya, tanpa kusadari air mataku mengalir membasahi pipiku. Dengan tergesa, kuhapus dan ku lukis senyuman di bibirku. Malam dingin tak lagi kurasa, aku merasa hangat, begitu nyaman dengan segala yang kupilih. Terlelap tanpa kusadari keberadaanku, dimana tubuhku bersandar.


Aku tahu ... hidup tak cukup dijalani dengan cinta. Karena tak ada orang yang kenyang karena makan cinta. Namun, sadarkah mereka..... bahwa materipun tak bisa menjamin seseorang bahagia. Bergelimangan harta, namun hati merasa hampa tanpa cinta, apakah kita bisa merasa bahagia. Harta hanya untuk kebahagian fana, dan cinta adalah kebahagiaan hati. Dan aku akan memilih kebahagiaan hati, harta bisa kucari, karena manusia akan tetap berusaha mempertahankan hidup, untuk melanjutkan hidupnya. Dan cinta akan menjadi semangatnya.

Kurasakan bus melaju kencang, aku tak tahu saat ini ada dimana. Yang kutahu, aku hanya mengikuti kata hati. Langkah kaki ini hanya berjalan berdasarkan insting semata. Dimana saat ini ? dan aku tersadar kala bus memasuki terminal Terboyo. Ups ! Semarang ??? tanyaku heran. Aku sampai pada daerah yang sangat asing bagiku. Aku tak tahu mesti kemana lagi, kuturuti kemanapun kaki ini ingin melangkah. Aku kembali naik angkutan umum, aku tak tahu kemana kendaraan ini akan membawaku. Aku hanya percaya kata hatiku.

Kota Semarang ..... kota Atlas, kota yang sangat dekat dengan pelabuhan. Namun, angkutan umum ini membawaku pada pemandangan asri yang sangat indah. Jalan berkelok - kelok, tiap saat angkutan umum ini musti berdecit keras karena belok di tikungan tajam, atau mengerem mendadak karena papasan dengan kendaraan lain. Dan akhirnya, aku sampai pada tempat yang aku inginkan "Gedong Songo". Ku tatap jalan berkelok menuju bukit, sepi .... tak kulihat satu orangpun ditempat ini. Aku melangkah, kutatap sekelilingku, terpana ..... kala kulihat keindahan alamnya. Sepanjang jalan ini, begitu banyak ditumbuhi bunga mawar. Merah, putih dan kuning berselang - seling tumbuh menghiasi jalan setapak. Wangi bunga tercium dibawa hembusan angin. Aku seperti terhipnotis, sejenak aku terdiam, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku, mempermainkan rambutku, dan melingkupiku dan wangi mawar gunung. Aku serasa putri yang tersesat dikebun bunga, ingin pergi dan beranjak namun kaki seperti terikat dengan keindahannya. Hingga langkahku terhenti tanpa kusadari. Ditempat ini, diantara keindahan alam, didalam keheningan aku bisa berfikir tentang segala hal yang aku inginkan. Tentang harapan dan keinginan kedua orang tuaku, andai bisa aku tak pernah ingin menyakitinya, tak ingin mengecewakannya. Dan aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakan mereka, membalas kasih sayang yang telah mereka berikan padaku. Terkadang aku berfikir, mungkin dengan menuruti keinginan mereka hal itu akan bisa membuat mereka bahagia dan membalas sedikit dari semua hal yang telah mereka berikan padaku. Tapi bagaimana dengan hatiku ??? bukankah hidupku adalah tanggung jawabku, entah sedih, senang, bahagia ataupun duka aku ingin yang kujalani adalah pilihanku.

Disini .... aku akan mencoba bertahan hidup, dengan segala cara, yang penting semuanya masih dalam batas norma norma yang ada. Ehmm ... aku merasa puas, senang dan merasakan ada sesuatu yang tak kumengerti, tiba - tiba saja menyusup direlung hatiku. Ku lihat disana, diatas bukit yang ditumbuhi pohon pinus, ataupun dibawah sana, lembah yang tertutup kabut, membuat aku merasa begitu bahagia, aku ingin berteriak ataupun tertawa karena rasa ringan yang seakan membawaku terbang ke awan. Hawa dingin mulai menyergapku, membuat aku sedikit mengigil. Aku melangkah ke sebuah warung kecil, tempat ini seperti kawasan wisata, banyak sekali warung makan dan penginapan yang menawarkan tempat dengan harga terjangkau. Dan agak naik ke atas bukit dibawah pohon pinus ataupun ditanah lapang sana, kulihat begitu banyak tenda. Ini memang kawasan camping untuk anak - anak pelajar ataupun mahasiswa. Mereka diperbolehkan mendirikan tenda, jika dilengkapi dengan dokumen. Surat ijin dari sekolah atau perguruan tinggi ataupun surat keterangan dari RT atau Kepala Desa tempat tinggal mereka. Jadi, semua ada peraturannya, dan jelas identitas mereka. Aku duduk disebuah kursi, aku hanya ingin minuman hangat, seteguk teh hangat atau apapun yang terpenting bisa membuat rasa dingin itu menjauh dariku.

"Non, dari mana ?? mau camping ?" Tanya ibu si punya warung. Aku tersenyum.

"Ehmm enggak koq, saya dari jauh."
"Lha terus ngapain Non sampe sini ..."
"Panggil saya Fara, jangan pake non. Malu !" Bisikku sambil tertawa.

"Fara. Saya bu Mimi non, eh ... Fara." Aku tertawa, mendengar Bu Mimi kembali latah memanggilku non, entahlah aku jadi teringat dengan rumah. Mama, papa dan semua orang yang ada disana.

"Terus, disini kalo nggak camping, ngapain ? kamu rombongan sama temen temen kamu ya ?"
"Tidak bu, Fara sendirian. Hanya pengen menikmati alam. Bosen dengan hiruk pikuk kota, bising dan penuh polusi."

"Kalau disini sepi malahan non, setiap malam yang ada hanya suara jangkrik dan nyamuk. Terus mendirikan tenda dimana ?" Aku tertegun mendengar pertanyaan bu Mimi. Aduch ... baru dech inget entar malam mo tidur dimana ?. Aku menggeleng pelan.
"Loh ... koq, apa mau nginep dipenginapan ?" Lagi - lagi aku menggeleng, uang darimana ? pikirku. Seharian ini saja, perutku belum ku isi. Koq ... ! aku jadi laper ya ?

"Aduch, kenapa non ?"
"Masalah tidur, gampang dech bu. Kan ada banyak tempat disini. Kalo capek nggak mikir dimanapun pasti bisa bobo."
"E ...eeeee jangan, anak gadis koq tidur sembarangan. Yo wis, tidur dirumah ibu, mau kan ?" Achh .... ini yang namanya pucuk dicinta ulam pun tiba. Kusembunyikan senyum bahagiaku, takut bu Mimi memergokiku tersenyum senang mendengar tawarannya.

"Boleh bu ?" Tanyaku

"Jelas dong, sayang kalo gadis secantik non Fara tidur sembarangan" Duch ! jangan - jangan gue mo dijodohin ma anaknya nich ! hi..hi..hi gila ! koq ngelantur ya ....

"Makasih bu, nanti Fara bantuin diwarung dech !" Bu Mimi tersenyum mengiyakan. Ya Tuhan, ternyata disetiap kesusahan pasti akan ada jalan. Disetiap kesulitan pasti Kau kan berikan kemudahan. Disetiap cobaan pasti ada hikmah didalamnya. Sekarang, saatnya aku mengenal hidup sesungguhnya. Hidup tanpa bantuan Papa dan Mamaku, tanpa campur tangan mereka, tanpa fasilitas mereka. Merasakan nikmatnya sesuap nasi dari jerih payah sendiri. Walau tak kupungkiri, saat ini aku kangen dengan mereka.
"Fara, kamu harus melangkah, mendapatkan sesuatu itu tidak semudah mendapatkan mimpi. Meraih impian tak semudah menuliskannya dalam cerpen. Sesungguhnya, dimana ada kemauan pasti akan ada jalan." Yach ... maju terus pantang mundur. Harapku disudut sana ada satu sosok yang memang diciptakan untukku, yang kan menemaniku menjalani hari - hariku, memberiku satu kekuatan untuk terus melangkah, meraih impianku.


Tak terasa, sudah 3 hari aku berada disini. Terlelap dalam dekapan candi songo, dan aku sudah terbiasa dengan hawa gunung. Hawa dingin itu sudah mulai terbiasa aku rasakan, aku tidak lagi sering kedinginan seperti waktu pertama kali datang ditempat ini. Kalian tahu mengapa dinamakan Candi Songo (Gedong Songo), ehmm aku juga tidak begitu tahu namun, mungkin karena candinya berjumlah 9 (sembilan) dan seperti yang kulihat disini ada banyak bukit, dan disetiap bukit ada satu candi, letak antara bukit satu dengan lainnya tidak begitu jauh, namun menapakinya cukup membuat lelah kaki, karena kita mesti naik turun tebing. Namun ada pemandangan indah yang menemani disetiap langkah kaki, karena ada begitu banyak rumpun liar, ataupun rumpun mawar yang warna warni tumbuh disetiap pematang sawah, ada tumbuhan kubis dan wortel yang hijau bergoyang tertiup angin. Dan Ada jalan setapak yang menghubungkan antara satu candi dengan candi lainnya.

Senja mulai bergulir perlahan, aku merasa lelah setelah seharian membantu Ibu Mimi berjualan di warung, dan sekarang adalah waktu untuk diriku sendiri. Aku melangkah menuju bukit, aku ingin duduk diatas salah satu tebing itu, menikmati senja sambil melihat ke bawah lembah. Dari sana aku bisa melihat suasana kota Semarang, yang kalau malam cahaya di bawah lembah itu terlihat seperti bintang - bintang yang berpijar. Seperti bintang yang setiap malam berpedar diatas langit biru, menemani bulan menghiasi malam yang seakan mengirimkan pesan akan satu keindahan alam, keindahan satu jalinan seperti mereka. Bersanding diatas langit mayapada. Bintang .... andai ada satu sosok yang bisa membawakanku segengam bintang ditangannya, yang kan menemaniku dimalam sunyi, memberikan satu cahaya terindah dari setiap harapan, menjadi satu sinar petunjuk disetiap langkahku. Dia akan menjadi bintang terindah dihatiku, selamanya.

Ku langkahkan kakiku, menuruni tebing, mengikuti jalan setapak. Samar, aku mendengar suara gemericik air, suara itu begitu mengoda, membuatku bergegas melangkah dan mengikutinya. Teringat, kemarin aku menemukan satu sungai kecil yang agak tersembunyi, karena banyak ditumbuhi bunga Mawar dan ilalang. Airnya begitu jernih, hingga aku bisa melihat kedalamannya. Melihat begitu banyak batu - batu kecil yang menghiasi dasarnya. Ach .... aku tergoda, teringat dibalik rumpun ilalang itu tersembunyi air terjun kecil yang mengalir, gemericik airnya menetes dibebatuan dibawahnya. Ehmmm ... aku sudah jauh dari area perkemahan, dan suasana begitu sepi apalagi senja mulai turun. Tak ada salahnya jika aku ingin membasuh muka dan kakiku disana, atau mandi .... ehmm asyik dech!. Dingin ... ! Airnya terasa dingin dikakiku, dalam sekejap rasa dingin itu mengalir mengirimkan rasa sejuk keseluruh persendianku.
-->


“ ……. Jika benar Cinta itu buta…. Butakan hatiku
Berkali terluka masih juga … ku menunggu
Hanya satu pintaku, ketulusan hati dan kesetiaanmu..
Jika itu…. Tiada..
Apalah artinya…
Penantian ini… hanya untuk Luka…..”


Yahh… cinta emang buta, sedemikian membutakan. Hingga kadang tanpa sadar kita ikut terseret ke dalamnya… terlena ke dalam permainan yang dinamakan CINTA. Bagai skenario drama satu babak. Sandiwara atau entah apalah namanya. Yang jelas.. gara-gara cinta, gue jadi nelangsa seperti sekarang ini. Tak salah kiranya kalo banyak para pujangga menamakan cinta itu adalah penyakit jiwa. Jiwa…? Yups, sebab cinta memang erat kaitannya dengan jiwa.. perasaan dan hati. Akibat cinta emang banyak terjadi kejadian memilukan atau membahagiakan di akhirnya. Ambil contoh Romeo and Juliet karya Shakespeare. Atau ambil juga kisah Rama dan Shinta dalam lakon Ramayana karya seorang empu di jaman Baheula dulu. Atau bahkan Kisah roman Siti Nurbaya karya Sutan Takdir Alisyahbana.Kadang bingung juga membayangkan kisah gue.. membahagiakankah.. atau malah memilukan. Namun yang pasti,akibat cinta jugalah yang membawa gue sekarang di tempat ini. Gedong Songo atau sering juga disebut Candi Songo… masih termasuk wilayah Semarang. Yahh…di sinilah gue sekarang.. sendirian.. sunyi.. hampa…dan merana..
Di tepi sungai yang mengalir jernih.. dihiasi tetumbuhan aneka warna.. sesekali terlihat ikan-ikan berloncatan gembira, seakan ingin menghibur hati gue yang galau. Udah seminggu gue di sini.. udah selama itu pula gue tinggalin semua aktivitas rutin gue. Yups….Gue adalah salah seorang Wakil Direktur di perusahaan Papa. Papa gue tercatat sebagai satu dari 10 orang terkaya versi salah satu majalah ternama. Kerajaan bisnis papa tersebar di mana2. Hongkong, Taiwan, USA, pokoknya multi nasional,dech. Tapi….sebagai anak tunggal yang bakal mewarisi dinasti kerajaan bisnis papa, gue ngerasa biasa… normal layaknya orang-orang yang lain. Sama sekali gak pernah terlintas di batin gue kalo gue itu beda dari orang kebanyakan. Malahan gue paling gak suka kalo gue dimanjain ama papa, mama dan adek sepupu gue yang lain. Gue lebih suka Low Profile. Karena bagi gue.. kebahagiaan hati adalah manakala kita diterima semua kalangan, manakala kita disambut teman, sahabat atau orang lain tanpa melihat status ataupun pangkat seseorang. Itulah hasil didikan papa yang hingga sekarang tetep gue pegang teguh.Papa mengajarkan bahwa kaya, miskin,susah, senang ..adalah termasuk ujian. Sebagaimana kita hidup ini juga merupakan ujian.Tinggal bagaimana kita memanfaatkan apa yang kita punya dan apa yang kita mampu demi kebaikan sesama. Ahh…. Gara-gara sifat Low Profiles gue juga kali ya.. dulu banyak temen cewek di kampus gue pada gak mau ama gue. Padahal kalo mau jujur,nih.. wajah gue juga lumayan tampan. Banyak yang bilang gue mirip ama si Thomas Djorghi. He..he..he… tapi itulah cewek jaman sekarang. Kebanyakan pada suka liatin tampilan luarnya alias seneng liat kulitnya saja, tanpa mau melihat kedalam hati seseorang. Padahal kalo mau jujur, gue paling benci kalo gue disuka gara-gara gue kaya. Sebenernya tanpa kekayaan orang tua gue.. gue juga udah mapan,kok. Dari hasil jerih payah gue sendiri. Tapi itulah.. sekali lagi gue gak suka memamerkan kekayaan ataupun asset yang gue punya.
Sambil menyendiri di keheningan senja, entah senja yang ke berapa kalinya gue ngabisin waktu merenung di sungai ini.. di balik sebongkah batu besar, ingatan gue mendadak melayang kala mengingat waktu kuliah dulu.Di kampus, gue seneng banget kuliah ama bawa sepeda Federal alias sepeda gunung, maksud gue buat sekalian olahraga, bahkan bisa dibilang gue sama sekali gak pernah bawa mobil sport gue. Gue takut disangka pamer,sih..Dandanan gue juga seringkali terkesan seadanya tapi tetep matching.Kaos oblong berpadu jins ama tas ransel setia menemani aktifitas sehari-hari.Seringkali gue juga pake celana jins robek di lutut. He..he…he.. Gue sempet naksir cewek sekampus. Cantik banget… andai mulut ini bisa menggambarkan bagaimana kecantikan si Neny.. pasti bakal gue lukiskan kayak apa kecantikannya, tapi mulut ini memang gak sesempurna ciptaan Sang Pencipta yang satu itu. Ibarat sang Cinderella, tapi kurang jelek… Ibarat Mulan Kwok ehm…. Tapi masih kurang cantik. Gak sanggup,dech.Hampir tiap hari ingin rasanya selalu berada di dekatnya,namun kala berdekatan dengan Neny.. pasti jantung ini berdegup kencang. Lidah terasa kelu tanpa sanggup ngeluarin sepatah katapun. Tuhan… rasa apakah ini..? Apakah yang melanda hamba-Mu ini… Inikah Cinta…? Ohh.. betapa besar pengaruh rasa ini padaku. Sejak saat itu.. mata terasa tak bisa memicing barang sedetikpun. Kala tertidurpun.. selalu ingat si Neny yang jelita. Saat bangun malah kaya orang linglung.Namun, sayangnya…Kala gue ungkapin perasaan ini…..
“Nen… boleh minta waktu elo sebentar kah….Gak sibukkan..?” Tanya gue suatu hari kala mata Kuliah Metalurgi dah kelar. Kebetulan pas mau jalan ke kantin gue papasan ama dia ama si Tety yang endut, sahabatnya.
“Ehmm.. kayaknya enggak,dech.. emang Dhewa mo ngomong apaan,sih..?” balasnya ramah.
Ada,dech… kalo di kantin gimana, maukan…? Sekalian ama makan soalnya gue juga belum makan,nih...” Gue nawarin gitu ama ngeliatin si Tety endut. Tety cuman cengar-cengir ama mesem tanda setuju.
“ Ayuuk,..” Neny ngejawab sambil menggandeng tangan Tety.

Singkat kata, di kantin udah mulai sepi suasananya. Maklum, hari ini masih jam kuliah. Banyak yang masih di kelas. Hanya terlihat beberapa orang mahasiswa sedang bercengkrama, ada pula yang asyik ngerjain tugas, bahkan ada pula yang lagi asyik makan. Ehmm.. kesempatan, nih.. begitu bisik hati gue.Kebetulan si Neny juga udah selesai makannya. Tinggal si Tety endut yang masih asyik nikmatin porsi terakhirnya.
“Nen… gue pengen ngungkapin perasaan gue. Tapi sebelomnya maapin gue kalo entar apa yang gue sampaikan menyinggung perasaan elo.” Gue bertanya dengan nada hati-hati banget. Sementara Neny cuman ngeliatin gue ama pasang mimik menunggu. Sesaat suasana hening. Angin berembus sepoi-sepoi bagaikan ikut menanti apa gerangan yang bakal gue sampaikan ke Neny sang Bidadari.
“Gue sayang banget ama elo, Nen… en kayanya perasaan ini gak bisa ilang walo cuman sekejap. Gue bener-bener serius ama elo. En gue pengen elo jadi My Endless Love gue. Kalo sekiranya itu perlu waktu bagi elo buat berpikir… gak usah sekarang ngejawabnya.” Kata gue perlahan.. dengan harap-harap cemas.
“ Ehmm… kamu serius,nih.. Wa….?” Tanya Neny dengan raut kaget.
“ Yups… gue serius banget…. En gak ada yang bisa ngerubah keseriusan gue hari ini dan selamanya.” Gue ngejawab mantap.
“Ha..ha..ha…!!!! Dhewa.. Dhewa… Kamu tuh harusnya ngaca dong…!! Tau si Rendy yang kalo kuliah bawa BMW putih gak…? Dia yang kaya saja aku tolak apalagi kamu …? Kamu boro-boro mobil,Masa kuliah bawa sepeda Federal,sih…? Berarti kamu tuh miskin, kan..!! Iiihh… amit-amit dech kalo punya cowok kaya kamu. Lagian,nih… kalo aku minta anterin kemana-mana masa mau kamu bonceng di belakang,sih….? Ha….ha…ha…. ngaca dong…!! Yuuk ahh… Tet… kamu udah kan makannya…? Kita balik, dech…!!! Males banget lama-lama di sini.” Balas Neny sengit sambil menarik paksa lengan si Endut. Segera mereka bangkit dan pergi meninggalkan gue sendirian di kantin yang sepi.
Deg..!!Apa yang baru saja dikatakan Neny bagaikan suara halilintar di siang bolong. Suara itu begitu menggema di sudut hati gue yang paling dalam. Membekas dan meninggalkan rasa perih yang tak terkira. Bagaikan palu godam raksasa menghantam dada…telak..!! Dan meninggalkan kekecewaan yang luar biasa. Aaahh…. Neny..Neny… elo bener-bener gak tau ya kalo si Rendy itu sebenernya masih saudara gue. Elo gak paham juga ya kalo gue sebenernya lebih kaya dari Rendy..? Itulah permainan nasib, non. Andaikan gue mau,nih… seisi kampus ini bisa saja gue beli. Batin gue menjerit.. pilu.. tapi satu yang dapat gue ambil di hari itu. Ternyata bidadari gue gak lebih dari seorang cewek yang matre. Yang ngeliat seseorang dari penampilan luarnya saja. Gak lebih…
Udah sekian tahun peristiwa itu terjadi namun gue gak bisa ngilangin rasa perih… sakit dan nelangsa. Nasib orang emang gak ada yang tau. Gak ada yang bisa menerka walau sang dukun ahli sekalipun. Sesaat gue mengisap rokok gue dalem-dalem, seakan ingin menghapus kenangan pahit di masa lalu itu. Suasana temaram mengiringi datangnya sang senja yang kian menjelang. Pohon-pohon pinus di kiri kanan melambai-lambai tertiup angin, diselingi tetumbuhan mawar, melati dan ilalang campur baur menjadi satu menambah keindahan senja hari di sisi sungai ini. Gemericik air terjun terdengar menderu-deru, namun semuanya kontras bergabung menjadi satu bak melodi riang mengantar kedatangan malam yang segera datang menggantikan siang.
Aaah… Neny…. Neny.. sedang apa ya elo sekarang… Ingatan tentang Neny kembali muncul.. di sela-sela hembusan rokok Esse Lights yang gue hisap. Asap yang keluar membuat ingatan gue melayang kembali… Hari itu,sepulang kuliah, kebetulan gue harus langsung meluncur ke kantor karena saat itu ada meeting penting yang harus gue hadiri. Jadi gue kudu cepet nyampe di kantor. Gak nyangka… di kantor, abis ganti pake setelan jas ama dasi yang emang udah gue siapin di kantor.. gue malah ketemu ama Neny..di koridor ruang tunggu buat tamu. Kaget banget,dech.. !!
“Loh.. Nen… kok kamu ada di sini,sih…? Lagi ngapain,nih…? “ Tanya gue heran.
“Aku mau nyari Bapakku.. dia kan kerja di sini. Kalo kamu…?” Dia balas nanya dengan pandangan menyelidik. Belum sempat gue ngejawab pertanyaan dia, tau-tau Pak Sujadi anak buah gue di bagian perawatan muncul tergopoh-gopoh. Dengan mimik ketakutan seraya gemetar, dia berkata
“Maafkan kelakuan anak saya Pak Dhewa.. Dia ini mau saya ajakin belanja buat keperluan selamatan neneknya yang barusan meninggal. Kalo dia kurang sopan,saya mohon Pak Dhewa maklum karena dia masih muda,Pak.. Saya mohon maaf..”
“Gak papa kok Pak Jadi. Asal bapak tau, ya.. Neny ini temen sekampus saya, dan di kampus dia baik banget kok sama saya. Bapak gak usah kuatir,dech.. Nah silakan dilanjutkan saja. Saya mau meeting dulu. Bye….!!” Gue bilang kaya gitu seraya meninggalkan Pak Sujadi dengan Neny. Sempat gue ngelirik ke arah Neny yang pucat pasi akibat kejadian tempo hari. Hi..hi..hi… kalo inget hari itu di kantor.. jadi malu,dech. Tapi yang jelas bisik batin gue.. sama sekali tidak ada niatan untuk menyombongkan diri. Tidak ada niat gue untuk menjatuhkan Neny di depan ayahnya. Gue lega, dech…. Namun sayang.. sejak hari itu,Neny kayanya malah jadi berambisi ngedeketin gue. Aahh… sayang seribu sayang. Andai di kantin dulu tidak terucap kata-kata pedasmu hai bidadariku… pasti kan kutemani kau, pasti akan kujadikan dirimu sebagai permaisuriku. Respek gue raib dan musnah akibat kesalahan fatal. Yaah.. mulut emang ibarat pedang. Dan pedang itu telah mengiris hati sang Dhewa. Memporak-porandakan isi yang ada di dalamnya, sehingga yang tersisa hanyalah perasaan antipati. Yaahh… nasi udah jadi bubur.. Sampai kini gue makin berhati-hati di dalam membina suatu hubungan. Gue bener-bener gak mau kalo sampai salah pilih.
Sebatang rokok akhirnya perlahan mulai habis seiring lamunan yang mulai sirna. Yahh.. akhir-akhir ini gue jadi tambah sering melamun. Entah lamunan tentang sang Putri Impian yang hingga kini belum jua gue temukan, atau lamunan tentang pekerjaan yang makin hari kian menumpuk. Tak jarang keduanya berpadu kontras menghasilkan elegi kebimbangan dan keraguan di batin gue. Hmm… kembali gue dihadapkan pada relita.. bahwa hidup harus terus berjalan, bagai putaran roda kincir raksasa. Kadang suka kadang sedih, kadang merana dan kadang pula indah. Yahh… di sinilah gue sekarang, dikelilingi musik alam dan ditemani sang waktu. Sejenak gue palingkan pandangan ke sekeliling. Di depan terhampar sungai yang jernih dan berair sejuk. Di kiri kanannya dihiasi bebatuan aneka ukuran menambah keindahannya. Samar-samar terlihat cahaya senja menerobos menembus dedaunan yang gemulai. Kala gue palingkan pandang ke sisi lain.. nampak seekor landak mencari makan, dibalik bebatuan besar… dan perlahan bergerak ke arah gue. Kala gue memandang ke kanan ke arah jalan setapak.. lamat-lamat nampak sesosok tubuh berjalan sendirian. Siapa gerangan yang muncul itu… bisik batin gue penasaran. Segera gue bersembunyi di balik batu besar di sisi kiri gue. Aah… ternyata sosok wanita yang muncul. Usianya menurut tafsiran gue masih berkisar 24 tahunan. Cantik, sih.. cuman sayang.. nampak kegalauan di sana. Ada kesedihan yang tergambar jelas di wajah ayunya. Namun… tanpa gue sadari, ada suatu pesona Inner Beauty yang gue sendiri gak tau. Bagaikan magnet menarik besi dan akhirnya besi itu tunduk pada kemauan sang magnet. Sesaat gue terpesona.. pesona alami yang dimilikinya.. entah apa itu namanya. Dia berjalan tanpa sadar bahwa ada sesosok pria sedang mengamatinya di balik batu besar. Yahh.. gue gak mau mengganggu lamunannya.Gue gak mau keasyikannya memikirkan sesuatu jadi hilang gara-gara gue.

Sesaat si wanita itu, menuju tepian sungai sambil membilas wajahnya. Kemudian merendam kakinya yang putih bersih. Nampak rasa lega terlihat di wajahnya. Perlahan-lahan gue segera beringsut seraya menggeser pantat gue. Namun tiba-tiba terasa panas yang menyengat bak sengatan bisa ribuan hewan di belakang gue. Bagaikan ribuan duri yang mencengkeram dan menghantam kulit. Spontan gue menoleh dan ternyata landak yang tadi gue liat asyik mencari makan udah gue dudukin saking asyiknya ngintipin si cantik tadi… Adduuhh.. gue ngedudukin duri-duri landak….!!!
Tanpa sadar gue segera berlari kencang ke arah sungai sambil berteriak nyaring banget…
“Addaaaaaaooowwww………puannnaaaassss….!!!!” Begitu bunyi teriakan gue membahana dikeheningan senja di tepi sungai. Dan… Byurrr…..!!! Cipratan air sungai bermuncratan ke segala arah akibat terjangan gue. Si wanita tadi jelas terbengong-bengong kaget en surprise bin keki banget. Abis gimana enggak…lagi enak-enak menyendiri tau-tau ada cowok lari sambil teriak kenceng en terjun ke air sungai…..

-->
Ups !!! aku tersentak kaget, ketika kudengar suara teriakan orang yang membahana mengusik kesunyian alam. Dan suara kecipak air itu menandakan ada sesuatu disana. Ku turuti kata hati, entahlah ..... dengan tergesa aku berlari kearah suara itu dan .... kulihat satu sosok manusia didalam air. Ada kecemasan yang tak kumengerti melanda hatiku, "Aku harus menolongnya" bisiku. Tapi ...... ach, ku biarkan hati bicara, walau aku tak tahu, dia membutuhkan pertolonganku atau tidak, yang terpenting niatku baik terhadapnya. Ku ulurkan tanganku, berharap dia bisa meraihnya dan membantunya naik. Namun, jarak masih begitu lebar, akhirnya ku mencoba naik ke atas batu yang agak lebih besar, kuulurkan kembali tanganku, jemari kami bertautan tapi ..... aku lupa, batu tempatku berpijak sangat licin, hingga aku tak bisa menjaga keseimbangan tubuhku. Bukan dia yang ikut naik, namun tubuh mungilku yang terseret ikut terjatuh bersamanya. Awwww ... aku menjerit lirih. Ku rasakan dinginnya air mulai merambat ketubuhku, bajuku basah. T - shirt dan celana jeans ku terasa melekat erat ditubuh. Ach ..... ternyata sungai ini dalamnya hanya sebatas dada orang dewasa, kaki ku masih bisa menginjak batu - batu dibawahnya. Dan tawaku pun tak mampu kutahan, ketika menyadari dia tak mungkin tenggelam dan .... rasanya nggak mungkin sosok se atletis ini bisa tenggelam begitu saja, dia pasti bisa berenang.
"Ha... ha..ha !" Rasanya begitu nyaman, basah dan kedinginan. Namun .... dia ??? aku tersipu kala tersadar aku tak sendirian disini, namun ada satu sosok asing yang tertawa lepas dan menggoda disampingku. Dia .....
Gue sontak kaget ..... Aahh ... si wanita ... wajah mungilmu nampak lebih cantik diterpa air sungai, rambutmu berkilauan diterpa cahaya sang senja
"Hai, ikutan nyebur juga ya .... ?" Tanya gue menggoda.
Mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa tertawa. Nggak tahu musti menjawab gimana, soalnya aku sudah ada didalam air, basah kuyup dan .... ehmm bahagia ? entahlah .... rasanya sudah begitu lama aku tidak tertawa begitu lepas, seperti saat ini.
"Hai juga, maaf nie maksud hati mo nolongin kamu. Apa daya .... aku malah ikutan jatuh ke sungai" Ku tatap wajah didepanku, dia satu sosok yang tak ku kenal. Menatapku dengan tatapan penuh tawa.
"Nolongin gue ? ha .. ha ... ha ! bukannya elo sengaja nguber gue masuk sungai, nih...?" tanya gue asal.. lama2 gue jadi kege eran juga, nih.. di tengah rimba yang sepi, saat sang senja turun ditemanin cewek maniss lagi..hi..hi..hi...
"Iiiiih asal dech.... ngapain juga aku nguber kamu. kenal juga enggak ...."
"Oooowwhhh... lom kenal ama gue, ya...? he..he..he..
"
"Boleh gue minta kenalan, nih...?
pasti boleh.." Gue ngejawab sambil tertawa.
"Gue Dhewa.... kalo nama elo...?

"Fara ..."

"Fara ? Fara siapa...? Faradilla,.. Fara Ashari ato Fara aja gitu...?
" lagi-lagi gue iseng nanya... Ehmm cowok satu ini, bener - bener reseh dech ! ampunnnn .... pede abisss. Aku sedikit jengkel habiss ... jujur, aku jadi bingung and kualahan menjawab pertanyaan dia. "Fara .... tanpa embel - embel siapa or aja githu" jawab aku sekenanya
"Ehmm... oke, dech... gue boleh manggil elo or aja gitu....? kan nama elo Fara tanpa embel-embel siapa or apa aja gitu..?" Lagi-lagi keisengan gue kambuh lagee.. Abis si cewek eh.. Fara kayanya enak banget diajak becandaan.
Aku tertawa, bener - bener iseng banget nich cowok ! tapi nggak mungkin dong, aku tetap ditengah sungai, berbasah - basah ria sambil kenalan ma cowok super pede ini. Kulangkahkan kakiku, aku harus naik ke tepi sungai. Rasanya tubuhku mulai mengigil kedinginan. Dan senja mulai temaram, angin bertiup perlahan, membuat seluruh persendianku bertambah gemetar. Ku raih sweater kesayanganku, untunglah ... sebelum aku membasuh muka telah kulepas dan kutaruh disebuah batu jadi, aku masih punya satu pelindung yang bisa menghangatkan tubuhku.


Special : Mr. Crabs
Kolaborasi kita yang terputus dan menggantung, tak pernah usai ...

Jumat, 28 Desember 2012

Duniaku Tanpa Kamu ...

Ah ... menyakitkan memang, ketika kenangan itu mengalir menyibak relungku ... jujur, hati yang mulai tertata dengan  perlahan namun pasti kembali retak. Menjadi serpihan yang bagimu tanpa arti, menegaskan langkahmu untuk berlari seperti seorang pengecut. Bukan aku yang kau takuti, bukan hatiku yang tak kau maui. Namun sejatinya kau takut dengan dirimu sendiri, takut dengan hatimu.
HADAPI AKU, katakan kebohongan yang kau tutupi dengan kebohongan yang mengiringku jatuh dalam ke tersesatan yang tak mampu ku urai.
Sosok jagoan dirimu, tak berarti untukku.

Aku tak pernah ingin memujamu, tak pernah ingin mengingatmu. Jangan katakan aku tak pernah berusaha untuk itu, namun yang sesungguhnya adalah "Kau yang tak pernah merelakanku untuk melupakanmu". Kau lah yang tak pernah ingin ku hapus dari kenanganku, Kau dengan egois mengatakan bahwa waktu yang akan menyembuhkan segalanya.
Kau tahu ??? waktu yang kau anggap sebagai obat terampuh untuk rasa sakit hati ternyata hanyalah bagian dari illusimu.
Kau tahu ... mengapa aku tak pernah mampu melupakanmu ??? semua tak lepas karena kisah kita yang kau biarkan mengantung begitu saja. Mengapa tak kau endingkan dengan seucapkan kata "Good Bye", "Selamat Tinggal" mungkin dengan begitu akan kuhapus semua janji yang pernah terikat antara kita, mungkin dengan begitu aku akan mampu menguburmu dalam dalam, tanpa akan kuingat kembali. Menganggapmu hanya selintas warna yang mampir tanpa arti, dihidupku ...

Tersiksa ...
Aku terluka, waktu dan sosok sosok baru tak kan mampu menghapusmu sampai kapanpun, hingga kau datang dan mengakhiri semua, semua cerita yang tak pernah kita awali. Pliz ... aku ingin hidup dengan lembaran baru, namun tetap saja tak mampu, tak bisa ... bila kau masih ada direlungku, bila kau masih saja mengikatku. Bantu aku untuk melupakanmu, bantu aku untuk mengakhiri kisah ini, agar ku bisa hidup tanpa bayangan mu.

Ijinkan ku buka kembali "Duniaku tanpa kamu".


Senin, 24 September 2012

Duhai Warna Warna ...

Apa kabar ...???

Mengingatmu, hanya memberi kelabu diantara merah kuning hijauku. Achh ... bagimu aku hanya bagai selintas warna, sebuah bayangan yang dengan mudah menghilang ketika cahaya menerpa. Adaku keberadaan yang tak pernah kau akui, bahkan disudut hatimu pun mampu mengingkari ke aku an ku yang pernah memenuhi mimpi2 mu. Jangan pernah berharap aku bisa melupakan, bahkan sebaliknya tiap kenangan serasa memberi aku kehidupan. Jangan meminta tuk aku menghapusmu, karena tanpa kau minta aku telah berusaha melakukannya. Namun ... semua bagai cahaya kerlip lilin yang kembali memantul memenuhi mimpi2 ku. Aku tak bisa ...

Dimana kau berada ...
Keberadaanmu mengasing dalam lintasan hidupku, dunia masih mampu kita jamah, jarak terlalu mudah tuk dihapus. Namun ... ingin yang bercokol dihatimu melarangmu menemuiku, bahkan sekedar menyapa hariku.

Kau ada ... namun hanya sekedar ada, disana ... diantara daftar kenanganku, diantara harapan dan mimpiku. Hanya ada membentuk ruang hampa yang menyesakkan jiwa.

Ijinkan aku marah ... memarahi segala hal yang menghadirkanmu kembali. Namun tanpa hal itupun kau akan selalu kembali entah dalam warna seperti apa dan bagaimana. Aku tersiksa, merasa segalanya hanya bagai harapan tak terharap.

Please ... sekali saja datang padaku, ucapkan selamat tinggal yang akan menegarkanku dalam merelakanmu. Sekali saja ucapkan satu kata yang menghapus dahagaku dan aku janji akan melepasmu tanpa perih yang mengiringi air mataku.

Jumat, 07 September 2012

7 September 2012 "Cinta tetaplah Cinta"

Dear ...

Membukamu lagi setelah sekian lama tak ku sentuh, mungkin aku telah melupakanmu. Setidaknya itu anggapanmu ... umm tidak, hanya saja tak ada kata yang terlintas dibenakku untuk mengunjungimu. Rasanya tak adil bukan ketika aku membukamu tanpa menge post kan beberapa kata yang menyatakan keberadaanku padamu ?.

Kehampaan yang memenuhi relungku seakan menjadi bahan ajaib yang mampu membuatku menjauhimu. Walau sejujurnya "aku tak pernah berubah" untuk itu. Kerinduan yang ku miliki telah lama membantu, tak bisa ku cairkan hingga aku kesusahan untuk melebur dan menghapusnya. Bagaimana bisa ku tuang kata bila hanya kehampaan yang ku rasa.

Dear ...

Dia bagai dasar tiap kata yang ku gores, ketika dia menghilang aku serasa kehilangan sumber kehidupan mu. Tak ada yang bisa ku sharing, ku gores bahkan walau itu hanya sebait kehampaan yang menjelaga dalam sanubariku. Tak bisa ... aku ingin hidup dengannya, dengan semua cerita tawa yang pernah terbagi diantara hari hari kami. Dulu yang lalu tak bisa menjadi kini yang terjadi.

Katanya ... waktu akan menghapus segalanya, namun nyatanya waktu semakin menghidupkannya dalam kenanganku. Kenangan yang tak bisa ku hapus begitu saja, tak bisa ku abaikan bagai selembar tissu yang tak lagi ku inginkan. Dia bukan hanya "sekedar" tapi segala yang ku ingin, segala ... segala ... sisi hidup yang pernah ingin ku jajaki.

Katanya ... kebencian mampu menghapusnya, namun nyatanya berapa pun banyaknya kebencian yang ku bangun tak mampu menghilangkannya dalam hatiku. Bahkan kebencian itu semakin melekatkannya pada hatiku, aku menyerah ... dalam perjalanan yang telah ku tetapkan tanpanya. Karena aku tak bisa ... tak bisa melupakannya, tak bisa menghapusnya, dan tak bisa membencinya. Nyatanya cinta tetap menjadi cinta yang tak bisa ku pungkiri. Nyatanya cinta tetaplah cinta yang tak bisa ku abaikan, cinta tetaplah cinta yang tak bisa ku lupakan. Bahkan dengan berjuta kebencian yang ku tumbuhkan diantaranya.

Dear ...

Aku telah menyerah ... kalah dalam segala hal, tak bisa memenuhi permintaannya tuk menjauh. Tak bisa melupakannya walau dalam kenangan lalu. Aku masih selalu cinta dalam kerinduan yang telah membatu.
Maafkan aku ...

Minggu, 01 Januari 2012

Debu ...


Aku ...
Meretas bagai pijar api
Melebur dalam bara yang membeku
Bagai serpihan debu yang menghilang tertiup angin

Entahlah ...
Mungkin hanya angin yang tahu keberadaanku
Hanya gemerisik daun yang mampu menampungku
Menjadi titik - titik lapisan yang menodainya

Namun ku ada
Nyata ada disana ...

2011 - 2012


Penghujung tahun
Mengawal dan mengakhiri
Menjadi dan memulai
Seperti datang dan pergi

Berlalu ...
Mungkin tak layak kita sesali
Masa lalu menjadi bagian yang tak terganti
Masa kini hendaknya tak perlu disesali
Dan masa yang akan datang masih saja penuh misteri

Met Berkarya ...
Gapai semua asa dan cita
Jadikan awal tahun penuh makna
Happy New Year 2012